Menikah tak Hanya Perihal "Dengan Siapa", tapi...

Menikah merupakan suatu pembahasan yang sering didengar terutama pada usia 20 tahun ke atas. Menikah pada dasarnya merupakan kegiatan ibadah yang paling lama dan paling mendapat banyak pahala, jika dilaksanakan sesuai syariat islam.

Suatu hari teman sepermainanku waktu SMP memberi kabar bahwa ia akan segera menikah. Kaget. Ekspresi pertamaku. Sedih. Perasaan yang kurasa seketika saat itu. Bukan sedih karena melihat teman berbahagia. Tapi lebih ke perasaan sedih karena sebentar lagi ia bakal lebih sering bersama suaminya daripada aku. Egois memang, perasaan sedih ini yang belum siap ditinggal olehnya. 

Tak berapa lama dia sering mengabariku seputar pernikahannya. Perasaan sedih berbalut bahagia masih menyelimuti hati. Senang rasanya masih dilibatkan dalam beberapa persiapan pernikahannya. 

Tiba-tiba ku mulai dilanda rasa gelisah tentang pernikahan. Kutanyakan padanya saat itu juga. Kenapa ia memilih menikah pada saat ini? Kenapa dia memilih menikah sekarang? 

Jawaban tak terduga datang dari dia, yang dulu sering dianggap saudara kembarku karena muka kita mirip. Dia menjawab, bahwa alasan ia menikah adalah karena dia mulai merasa sendiri. Dia tidak ingin kesendiriannya ini membuatnya larut dalam kesedihan, sehingga ia butuh seseorang yang menemani dalam kondisi apapun. Saat kutanya, kenapa ia merasa sendiri, ia pun menjawab dengan nada sedih. Dia menjawab bahwa pada usia sekarang, selepas gelar sarjana didapatnya, ia banyak ditinggalkan oleh teman-teman. Teman yang dulu sering bermain, berlibur, bersedih, sedikit demi sedikit sudah mulai berkurang. Bukan tanpa alasan, tapi keadaan. Keadaan dimana usia lulus sarjana, seseorang sudah mulai sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sibuk dengan permasalahan masing-masing. Dulu sangat mudah menemukan teman, sekarang sangat mudah kehilangan teman. Bukan salah teman, tapi keadaan yang mengharuskan.

Merasa sendiri. Itu alasannya untuk segera menikah. Memang bukan satu-satunya alasan, tapi alasan ini lah yang kujadikan pelajaran. 

Memang manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri, selalu dan harus bergantung dengan orang lain. 

Masa sekolah hingga kuliah yang notabene dikelilingi banyak teman, mereka satu persatu pergi setelah wisuda memperoleh gelar sarjana. Pergi menuju pilihan masing-masing. Memang pilihan tidak bisa dipaksakan. Ada teman yang memilih pulang ke kampung halaman, ada pula yang masih memilih hidup merantau dengan alasan yang berbeda. 

Tidak ada pilihan yang salah, bila disinkronkan dengan alasan yang benar, sesuai kondisi seseorang. 

Seseorang boleh merasa sendiri, memang harus bisa sendiri. Sendiri dalam arti mencari solusi permasalahan yang dihadapi. Tapi, jika kamu punya seseorang, seorang sahabat atau teman dekat yang hingga sekarang masih dekat, bersyukurlah. Hargai dia. Jaga komunikasi dengannya. Jangan pernah merasa ragu menghubungi hanya karna takut ia merasa terganggu. 

Seorang sahabat, justru akan merasa senang jika diberi kehormatan untuk mendengarkan keluh kesah sahabatnya, mendengarkan masalah demi masalahnya, mencari solusi bersama, menghilangkan sedikit beban pikiran yang melanda. Meskipun solusi terbaik tidak bisa diberikan, kehadiran dan keikhlasannya untuk mendengarkan, akan membuat hubungan kalian semakin erat. Sekecil apapun masalahmu, hargai dia dengan cara meminta pendapat ataupun sekedar bercerita bertukar pendapat. 

Bersyukurlah jika masih banyak sahabat yang kau miliki, yang bersedia mendengarkan cerita dan keluh kesahmu. 

Bagiku, sahabat itu tidak harus setiap hari berhubungan. Cukup jika memang ada masalah, ada keraguan, bisa didiskusikan. 

Sekarang mungkin lebih mudah berhubungan lewat sosial media, manfaatkan itu. Meskipun tak dapat tatap muka, melihat notif pesan darimu saja ku sudah bahagia. 

Salam sayang pada sahabat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Balik Nama Kendaraan di Samsat Jepara

Menonton Serial Upin Ipin

Bukan Rencanaku tapi rencana-Nya⁣ ⁣