Kusebut Ini Keajaiban
💚
Jumat 28 September 2018, entah kenapa hari itu panas
matahari terasa lebih menyengat dari hari biasa. Jumat selalu menjadi hari
favorit dibanding hari-hari lain. Bukan karena aku libur kerja, tapi karena
hari jumat adalah awal dari serangkaian hari sabtu dan minggu dimana saatnya
istirahat tiba alias weekend. Waktu untuk beristirahat dari segala
rutinitas di hari biasa. Agak manja memang, pengennya istirahat mulu, padahal
pekerjaan yang dilakukan di hari biasa tidak begitu berat namun pengennya
istirahat dalam waktu agak lama alias tidak singkat. Hmm manusia.
💙
Okey kembali ke hari jumat. Ada apa dengan hari jumat? Seperti
pada jumat-jumat sebelumnya, aku dan anak-anak didikku dalam kelompok ilmiah
remaja mengadakan kegiatan rutin bersama. Namun agenda pada hari jumat ini befitu
special dan ditunggu-tunggu yaitu kunjungan ke perpustakaan daerah di Jepara. Antusiasme
anak-anak yang diluar dugaanku membuatku turut bersemangat untuk membimbing dan
membersamai mereka memperoleh wawasan dan pengetahuan baru di perpusda Jepara.
💕
“Besok kita berangkat naik Bus ya nak” kataku penuh semangat
di hari kamis, dan dibalas dengan penuh ketertarikan di wajah anak-anak yang
sungguh bisa kulihat “Siap Bu”. Iya, jarak dari sekolah menuju perpusda lumayan
jauh butuh waktu sekitar 30 menit naik kendaraan sepeda motor. Membawa anak-anak
di bawah umur membuatku tak tega dan tak bisa membiarkan mereka naik sepeda
motor dengan jaraj yang lumayan jauh, sehingga terpikirkan untuk naik kendaraa
umum saja. Tak kusangka, awalnya kukira antusiasme mereka bakal berkurang
karena kutawarkan naik kendaraan umum (maklum pandangan anak zaman now kadang
malu kalau naik kendaraan umum), namun mereka tetap antusias luar biasa dan energy
positif dari mereka itu mengalir ke dalam diriku.
💛
Jumat pagi sebelum berangkat, kudapat kabar baik dari salah
seorang guru. “Bu, nanti siang jadi ke perpusda?” kujawab saja “Nggeh, jadi Bu.
Bagaimana?”. Kemudian beliau menjawabku dengan nada lembut “Nanti ke perpusda
naik mobil sekolah saja Bu, biar diantar. Kasihan anak-anak kalau harus naik
kendaraan umum”. Agak kaget mendengar penawaran tersebut. Pasalnya tujuanku
mengajan anak-anak naik kendaraan umum adalah sembari mengajarkan kesederhanaan
dan pengorbanan. Untuk mendapatkan pengalaman dibutuhkan pengorbanan baik dari
segi materiil maupun moril. Pengorbanan uang saku untuk membayar kendaraan
umum, dan rasa lelah dalam perjalanan. Pertama penawaran tersebut sedikit
kutolak, karena takut anak-anak menjadi manja dan menyepelekan karena terlalu
mudah mendapat pengalaman. Namun usai kupikirkan baik-baik mengenai keefektifan
waktu, akhirnya kiterima tawaran tersebut. Pukul 13.15 WIB pasukan
beranggotakan 19 anak berangkat dari sekolah menuju perpusda mengendarai dua
mobil diantar oleh karyawan sekolah.
💜
Kurang lebih tiga puluh menit diperjalanan sampai akhirnya
tiba di halaman perpustakaan daerah Jepara. Setelah kuinstruksikan mengenai
tugas mereka di dalam dan apa saja yang tidak boleh dilakukan, langsung mereka
berpencar mencari tujuan mereka masing-masing. Agak riweuh alias ribet ya
mengawasi sekitar 19 anak itu. Tapi ada rasa bahagia, mereka benar-benar melaksanakan
instruksiku dengan baik. Mereka akan menjadi generasi penerus yang berkualitas.
Dan dengan bangga akan kuarahkan mereka dengan baik dan benar.
💗
Suara adzan asar mulai terdengar, tak lama kuminta untuk
terlebih dahulu melaksanakan solat jamaah kemudian baru pulang membawa wawasan
baru. Terharu melihat anak-anak solat berjamaah. Dari sini kulihat mereka punya
kesempatan untuk maju. Bukan hanya kemampuan belajar, tapi kemauan untuk
melaksanakan kewajiban sebagai Hamba Allah juga dilaksanakan dengan baik. Usai solat,
satu persatu siswa keluar dari Perpusda. Kupandangi satu persatu wajah ceria
mereka meskipun bercampur lelah dan kantuk. Sebelum pulang, kami menyempatkan
berfoto mengabadikan momen berharga pada hari ini. Berbagai pose kami abadikan,
alasannya biar nanti bisa di tunjukkan di media social sebagai sarana
mempromosikan ekstrakulkuler kelompok ilmiah remaja.
💕
Sesi foto segera usai, karena waktu sudah menunjukkan pukul
15.30 WIB, kami segera menuju mobil yang berada di seberang tempat kami
berfoto. Beberapa anak ada yang sudah menyeberang jalan dan duduk di mobil,
beberapa masih asyik mengambil foto selfie. Aku yang bertanggung jawab
disitu harus memastikan semua anak menyeberang dan masuk ke mobil. Bersama rombongan
terakhir sekitar 6 anak, kami menyeberang jalan.
💝
Entah kenapa pandanganku terfokus pada anak-anak sekolah
yang terletak di depan tempat kami menyeberang. Ku toleh kanan, kendaraan aman.
Kutoleh kiri juga aman. Lalu kulangkahkan kaki sebelah kananku sekitar 20 cm
kedepan.
💖
Praaannkkkkkkkkkkkkkkkk suara sebuah mobil dengan kecepatan
tinggi bergesekan dengan tubuh bagian kananku. Bagian tubuh yang kulangkahkan
maju terlebih dahulu. Entah apa yang kurasakan saat itu. Memang, pandanganku saat
itu terarah ke kiri. Terarah pada siswa SMK yang baru pulang dan berada di
sebelah kiri. Mataku saat itu benar-benar tidak melihat adanya mobil yang
sedang melaju dari sebelah kanan. Apakah memang ada yang mengelabuhi
pandanganku saat itu? Ah, aku tak paham. Yang kuingat, setelah terdengar suara
yang begitu keras itu, kulihat mobil yang berkecepatan penuh itu berhenti
sejenak karena sadar ada bagian mobilnya yang patah. Spion. Spionnya patah. Kaca
spion bagian kiri mobil itu patah tercecer di tanah.
Seketika para siswa menanyai keadaanku.
“Bu, ada apa?”
“Bu, Ibu baik-baik saja?”
“Jenengan tidak apa-apa Bu?”
“Ada yang luka Bu?”
Mereka mulai panik. Yaa aku pun panik. Kejadian yang hanya
selama beberaoa detik itu membuatku benar-benar syok dan bingung. Wajah bagian
kananku sangat terasa bergesekan dengan mobil. Bukan hanya wajah, namun tangan
dan kaki bagian kananku juga turut bergesekan dnegan mobil. Sakit dan perih. Namun
kulihat kembali bagian tubuhku. Alhamdulillah. Aku masih bisa berdiri tegak. Tak
jatuh, bahkan tak goyah sedikitpun. Namun memang kurasakan sakit di tubuh
bagian kanan. Jujur saat itu aku khawatir akan ada darah di wajahku. Karena satu-satunya
bagian tubuh yang tak dapat kuperiksa sendiri adalah wajah. Secara spontan
kutanyakan keadaan wajahku pada anak-anak.
“Ibu baik-baik saja nak” jawabku berupaya meredakan
kepanikan mereka.
“Wajah ibu gimana nak? Ada goresan? Ataukah ada luka?”
kupastikan saat itu juga agar bisa tenang.
Jawaban mereka menenangkanku “Masih cantik Bu, masih cantik
kok”.
“Alhamdulillah“ jawabku pada mereka dengan muka penuh syukur
dan senyum dengan respon mereka.
Kami pun lekas memasuki mobil dan menuju sekolah untuk
kemudian pulang ke rumah masing-masing. Selama perjalanan tak henti ku mengucap
Syukur pada Allah, diikuti kata Istighfar. Sungguh ini suatu keajaiban yang
kualami. Seketika itu aku berpikir, Allah masih memberiku sehat dalam waktu
satu per-sekian detik. Apa yang
dilakukan Allah saat itu, aku tak tahu. Yang kutahu, Dia memberiku sehat sampai
bisa menulis pengalaman ini sekarang. Otakku dipenuhi rasa syukur, dan penuh
pengandaian yang lebih buruk. Jika saja waktu itu kakiku maju 1 cm saja lebih
jauh, mungkin kejadiannya akan lebih parah lagi. Tak bisa kubayangkan. Ya Allah
terimakasih.
💓
Muncul banyak pemikiran lagi pasca kejadian itu. Ternyata aku
sudah beberapa kali mengalami keajaiban. Sudah beberapa kali aku selamat dari
musibah kecelakaan. Pernah suatu waktu aku jatuh terpeleset dari motor di
daerah yang sering dilewati oleh kendaraan besar seperti truk dan container. Namun
pada saat aku jatuh, tidak ada kendaraan yang lewat. Subhanallah,
Alhamdulillah. Pernah lagi saat kucoba menyebrang menggunakan motor, ada motor
lain dari belakang yang melaju dengan kencangnya sampai menabrak bagian samping
motorku. Alhamdulillah aku tidak sampai jatuh, masih berada di atas motor
meskipun sedikit kehilangan keseimbangan. Posisi waktu itu di jalan ramai penuh
kendaraan, tak terbayang jika waktu itu aku terjatuh. Padahal tubuhku yang bisa
dibilang kecil ini, kurang bisa menopang berat motorku. Sungguh kalau bukan
pertolongan Allah, tak akan terjadi. Dan masih banyak pengalaman lain.
💚
Usut punya usut, aku penasaran dengan pertolongan Allah. Kenapa
Ia menolongku berkali-kali, tak henti menyelamatkanku dari musibah. Akhirnya kutarik
benang merah dari semua kejadian. Allah menolongku karena ada doa yang
dipanjatkan terus-menerus oleh kedua orangtuaku. Ada beberapa kebaikan kecil
yang pernah kulakukan. Meskipun kecil, Allah akan membalasnya. Prediksi yang
paling kuat adalah doa orangtua. Bukan terkaan semata tanpa bukti. Bukan bermaksud
sombong atau pamer, kedua orangtuaku dengan rutin mendoakan setiap sepertiga
malam. Aku pun sering melihat mereka terbangun. Namun bukannya ikut berdoa, aku
hanya lewat dan kembali tidur.
Peringatan tentang kuasa Allah pada hari Jumat itu akan kuingat sampai kapanpun. Aku tak ingin menyia-nyiakan kesehatan yang telah Allah berikan. Yang telah orangtuaku usahakan setiap malam.
Semoga menjadi pelajaran juga untuk kalian. Memang peringatan itu perlu. Berdoalah agar diberi peringatan oleh Allah ketika kamu lalai. Semoga ceritaku bisa menjadi perinagtan bagi kalian. Hargai setiap detik waktu sehatmu.
😊😊
Komentar
Posting Komentar