Bila Tiba Saatnya, Kamu Bisa Apa?

Kita tahu bahwa ia bisa datang kapan saja, dimana saja, dan dalam kondisi apa saja. 

Namun kita masih dan selalu saja terkejut ketika ia menghampiri kerabat kita. 

Maut tak pernah memilih siapa yg akan ia datangi. Kaya, miskin, pandai, rajin, pemalas, anak jalanan, gubernur, dokter, semua akan ia datangi sesuai dengan gilirannya masing-masing.

Kita tahu ia juga akan mendatangi kamu, aku, dan kita semua. 

Namun bukannya mempersiapkan, malah pura2 melupakan.

Nyatanya, aku, kamu, kita, masih menunda2 kewajiban, menghindari membaca Alquran demi kepentingan dunia yg selalu diutamakan.

Malam ini aku terkejut dengan kabar telah dipanggilnya salah satu kerabat dekatku selama 6 bulan terakhir. Allah memanggilnya ketika Ia baru berusia 16 tahun. Padahal Siang tadi baru saja ia memberi kabar bahwa ia tidak bisa menemuiku karna masih sakit. Dan beberapa jam kemudian, kabar meninggalnya sudah mulai tersebar.

Susah dipercaya, dan aku berharap ini hanya kabar yg direkasaya.

Seolah kita baru saja terlibat pembicaraan seputar karya untuk masa depan.

"Berita ini tidak benar, aku akan segera bangun dari tidur dan semuanya baik-baik saja". Begitulah caraku menenangkan diri dan tetap berpositif thinking.

Dan ketika terbangun keesokan harinya, ternyata berita itu masih saja beredar. Ya. Itu fakta. Fakta bahwa ia benar-benar meninggalkan kami. 

Waktu yg bisa kubilang sangat mendadak. He just a boy. 

Yg sulit dipercaya adalah, tak ada pertanda dia sakit parah. Tak ada yg menyangka ia mendahului kita. Tiba-tiba ia sudah terbaring dalam keranda. Berbalut kain putih, ia terlihat kaku dan tak berdaya. 

Akhirnya aku tersadar bahwa maut benar-benar kejam. Ia tak memberi ampun. Kejadian ini benar-benar menyadarkanku. 

Apa saja yg kulakukan selama ini untuk menyambutnya, sangatlah belum cukup. Jika ditanya, apa aku siap, tentu saja aku belum siap. Padahal Islam sudah memberi isyarat bahwa sebagai muslim kita harus siap kapanpun maut datang.

Panggilan untuk solat wajib sering kutunda. Solat dhuhur kukerjakan ketika hampir memasuki asyar. Begitu seterusnya.

Disisi lain aku tergesa-gesa ketika ada anjuran mengenai kerjaan oleh atasan.

Ketika aplikasi adzan di Hp mengingatkanku sudah saatnya solat, nyatanya malah ku abaikan. 

Disisi lain, ketika ada notif instagram buru-buru kubuka dengan semangat.

Ayat-ayat suci yang berbalut indah dalam Alquran, hanya kubaca ketika aku merasa harus membacanya.

Disisi lain ketika ada peluncuran novel baru, yg menarik langsung kukejar dan kukebut membacanya.

Orang lain bilang, ini hal biasa. Manusia tempatnya salah dan dosa. Manusia sering khilaf. Jika itu benar, semoga kita bukan menjadi manusia biasa. Aku tidak mau maut menjumpaiku ketika aku melalaikan solat, aku tidak mau ia menjumpaiku ketika Alquranku berdebu tak pernah kubuka. Namun aku sama sekali tak punya hak, begitu pula kamu. Kita tidak bisa memilih kapan dan dimana ia akan datang, tapi kita bisa mengantisipasinya dengan selalu mengingatnya. 

Aku merasa bersyukur masih bisa menulis ini pasca kejadian yg kualami. Kehilangan kerabat dalam waktu singkat. Kepergiannya justru mengingatkanku bahwa kitapun akan mengalaminya.

Saling mengingatkan tidak akan memberi kerugian bagimu.

Semoga ia tenang disana. Mohon doanya untuk kalian yg sedang membaca ini. Semoga Allah menempatkan ia disisiNya yang mulia. Aamiin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Balik Nama Kendaraan di Samsat Jepara

Menonton Serial Upin Ipin

Bukan Rencanaku tapi rencana-Nya⁣ ⁣