"Heli" ku

Gas Helium dari Tabung E/M Praktikum Defleksi Elektron 
Nah itu nama lengkap dari motor kesayanganku. Panggilannya HELI ya. Motor pertamaku. Ia yg selalu menemaniku. Sendiri tak pernah berasa sepi. Kuberi nama agar lebih akrab saja..
Heliii..

Awal tahun 2017

Dreett drreett dreett -terasa bunyi smartphoneku bergetar pertanda ada pesan WA masuk-

Klik klik -bunyi keypad dari hp Mito ku waktu itu-

Terlihat pesan dari Anisa *adikku mengirim sebuah gambar. Karena WA ku waktu itu ku setting supaya gambar tidak otomatis ter-download, so harus dipencet download dulu.
Loading...
...
..
Setttt..
Mulai terlihat bentuk gambar yg dikirim anisa. 
Hmm motor? -bingung dong, apa maksudnya. Kukira anisa menawarkanku buat beli motor.
Lalu pesan gambar WA nya diikuti oleh sebuah kalimat.
"Mbak, ada motor baru. Ditumbaske bapak"
Deg deg. 😳😲😥


Ya, hari itu bapak dan ibuk membelikanku sebuah motor. Aku tak pernah memintanya. Tak pernah terbersit dalam fikiran untuk membeli sepeda motor. Mau kredit, gak ada penghasilan yg pasti, mau cash apalagi, berasa mimpi. 
Tak pernah aku tau mereka memikirkanku dengan detail. Dulu mereka pernah bilang akan membelikanku motor ketika masuk semester 6-7. Yaitu ketika aku sudah mulai praktik mengajar. Kasihan padaku, pasti jauh katanya. Aku hanya merespon Aamiin dan tak pernah berharap lebih. Mengetahui keseharian dan penghasilan kedua orangtua, yang kalau dihitung secara matematika gak akan ketemu hasilnya bisa kebayang dapat motor.

Dan this is it. Aku dibelikan motor.
Mereka bilang padaku "ini kendaraan untukmu disana, bapak ibuk sudah merencanakannya sejak lama, biar gak capek ya nak. Maaf tidak bisa membelikan kendaraan yg baru dari dealer. Tp InsyaAllah ini masih bagus dan cocok." 😥

Entah sejak kapan mereka menabung untuk membelikanku motor. Entah betapa merana nya mukaku ketika pulang kampung dan naik bus sampai rumah hingga larut malam, sampai ada muncul keinginan membelikan kendaraan.

Honestly aku tidak pernah mempermasalahkan kendaraan. Tak pernah mengeluh pada orangtua tentang jarak dari kos ke kampus lumayan jauh (cari kos yg jauh biar murah guys). Pulang kampung naik bus pun tak masalah, meski harus tiga kali berganti angkutan. Ya it doesnt matter gitu. Aku berfikir bahwa, aku yang menginginkan untuk kuliah. I want to be there. Aku yg memilih kuliah di Semarang. And thats my responsibility. Konsekuensinya ya ini. Jalani aja, aku gak perduli harus jalan jauh, bawa buku-buku berat (maklum jurusan eksak). There is no choice sih. Im OK buk, pak.
Tapi orangtua berpikir lain. 

Ada alasan mengapa aku begitu sayang dan merawat Heli. Kalau orang lain akan bangga bisa membeli kendaraan dengan hasil jerih payahnya, aku justru bangga karena dibelikan kendaraan oleh orangtua.
Alhamdulillah Heli masih menemaniku hingga sekarang. Ketika aku melaju bersamanya, aku merasa doa orangtua selalu bersamaku. Kemanapun aku pergi, InsyaAllah aku merasa aman dan nyaman jika bersama Heli. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Balik Nama Kendaraan di Samsat Jepara

Menonton Serial Upin Ipin

Bukan Rencanaku tapi rencana-Nya⁣ ⁣