My "Overthinking"

Aku gagal. 
Mereka berhasil. 
Hanya aku yang gagal. 
Hanya aku. 
Tapi kenapa? Kenapa keberuntungan susah berpihak padaku? Mereka dengan mudahnya bisa berhasil, namun aku dengan susah payah masih saja gagal.

Pikiran gelisah tak henti-hentinya menghampiriku akhir-akhir ini. 

Aku malu. Malu dengan orangtuaku, malu dengan keluarga besarku, malu dengan rekan kerjaku, malu dengan teman-temanku, malu menjadi diriku. 

Aku bodoh. Benar-benar bodoh. Hal yang bisa dilakukan oranglain kebanyakan, aku takbisa. Sebodoh itu kah aku.

Tunggu sebentar. Apa yang salah dariku? Aku belajar. Aku berdoa. Aku berusaha. Minta restu orangtua, keluarga besar sudah. Lalu kenapa?
Apa yang salah? 

Allah tidak menghendakiku.
Bukan jalanku.
Padahal ini impian dan obsesi orangtua dan keluarga besarku.
Aku benar-benar telah membuat mereka kecewa. Kecewa sebesar-besarnya. Image pintar terlalu membenani pikiranku. Hatiku tidak kuat menerima semua ini. 

Aku malu bertemu orang-orang.
Mau bersikap biasa, mereka pasti menanyakan.
Mau bersikap sok tidak peduli dengan kegagalan, toh aku mengharapkannya. 

Begini rasanya gagal seorang diri.
Merasa bodoh sendiri. 

Salah siapa? Salah diri sendiri memiliki sifat overthinking. Ini sangat menyiksa. 
Bersikap bodo amat sangatlah sulit.

Namun, 
Menjadi pribadi yang overthinking lebih sulit lagi. Memikirkan apa saja dan kapan saja. 
Gelisah setiap saat, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan keadaan.

Dibalik ketenangan seseorang, bisa jadi ia sedang berfikir. Gelisah. Dan tak tahu akan ia bagi dengan siapa. Overthinking datang begitu saja, tapi perginya susah luar biasa.

Sebagai pribadi overthinkhing biasanya akan lebih berhati-hati untuk berucap dan bersikap pada setiap orang. Berbeda dengan pribadi yang 'asal jeplak' atau 'blak-blakan'. Tipe ini yang cenderung menyakiti si overthinking. Tidak sengaja memang, tapi nusuknya menembus dada. 

Memang tidak salah menjadi pribadi yang apa adanya dan blak-blakan, namun lebih baik lagi jika menempatkan sikapnya sesuai situasi dan kondisi si lawan bicara.

Jadi, harus mikirin orang lain?
Exactly.

Tidak ada yang tau perasaan seseorang. Bisa jadi kalimat yang terucap biasa, menjadi kalimat yang menyiksa. Mending efeknya hanya sementara, bisa jadi berefek selamanya.

Semoga kalian yang bersifat overthinking bisa perlahan menghilangkannya. Menjadi pribadi yang fleksible. Bisa menempatkan sikap sesuai kawan berucap.

I know, itu sangat menyiksa untuk menjadi oranglain.
Semangat untuk kalian. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Balik Nama Kendaraan di Samsat Jepara

Menonton Serial Upin Ipin

Bukan Rencanaku tapi rencana-Nya⁣ ⁣