Kisi-Kisi Soal Gak Penting (?) #part2
Untuk menjamin kualitas soal tes yang terstandar, pengembangan tes melalui
beberapa tahap. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyusun tes terstandar adalah
(1) menentukan tujuan tes; (2) menentukan acuan yang
akan dipakai (kriteria atau norma);
(3) membuat kisi-kisi; (4) memilih soal-soal dari
kumpulan soal yang sudah ada sesuai dengan kisi-kisinya.
Apabila soal yang diambil merupakan soal baru, soal-soal tersebut harus melalui tahap telaah secara kualitatif, revisi,
ujicoba, dan analisis hasil ujicoba sehingga
diperoleh soal yang baik dari segi kualitatif dan kuantitatif. Selain itu,
pengadministrasian tes (pelaksanaan tes) juga dibuat
standar. Untuk tes prestasi terstandar,
soal-soal harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta
didik.
Proses penskorannya juga harus dilakukan terstandar terutama apabila ada soal
berbentuk uraian sehingga hasil tes tersebut dapat dilihat keterbandingannya.
Untuk menjamin ketersediaan soal yang
terstandar, perlu dikembangkan bank soal.
Bank soal adalah kumpulan soal yang telah
teridentifikasi karakteristiknya, misalnya tingkat
kesukaran, daya beda, dan penyebaran pilihan jawaban (option).
Pengembangan bank soal perlu dilakukan secara
terus-menerus untuk memenuhi berbagai keperluan penggunaan.
Alur kegiatan pengembangan bank soal
di Puspendik terlihat dalam diagram berikut.
Penjelasan lengkap mengenai
diagram tersebut, nanti bisa dibaca di Pedoman Puspendik, bisa dicari di google
atau komen di bawah ya, nanti insyaAllah saya kirim lewat email.
Oke kita bahas lagi dari segi
guru. Berdasarkan skema diagram di atas, kita bisa memperkirakan berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan satu bendel soal yang sesuai dan ideal.
Berapa lama?? Tentu saja bisa lebih dari satu minggu. Itu belum model soal
dengan kriteria Hots (High Order Thinking Skill).
First, kita bahas kisi-kisi soal terlebih dahulu. Kisi-kisi merupakan suatu pedoman yang dibuat oleh guru dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya panduan, penulis soal dapat menghasilkan soal-soal sesuai dengan tujuan tes dan kompetensi yang diajarkan. Kriteria soal yang baik dimulai dari pembuatan kisi-kisi. Kisi-kisi secara sederhana terdiri dari Kompetensi dasar, indicator soal, level kognitif, dan tingkat kesulitan, yang ditentukan setiap butir soalnya. Komponen soal juga sangat diatur ketika hendak membuat paket soal yang berkualitas.
“Tujuane y nggo acuan pembuatan soal... Kudune sblm mmbuat soal, kudune kisi" disik. Kenyataannya bisa ya buat soal tanpa kisi2. Tp akhirnya soal yg d buat itu asal.. Maksudnya asal itu tidak bisa memprosentasikan yg mudah, susah...Soal yg benar itu kan bobotnya harus d perhitungkan, yg mudah, agak sulit, dan sulit Sebenarnya membuat soal itu g mudah. Kl kita merasa mmbuat soal itu mudah, berarti soal kita patut d pertanyakan.. sudah ssuai dg kaidah pembuatan soal atau blm”
“Kisi-kisi itu ibarat gambaran
kasar perencanaan bangunan, antara lain: bentuk bangunan, jenis bahan, maupun
kalkulasi dana yang dibutuhkan, dll. Kalau gambaran ini kurang matang, ya
jangan harap lebih jika bangunan yang kita buat sesuai ekspektasi.”
“sebagai acuan, jadi ya harusnya
utama. Menurut ku masalah ini seperti RPP, layaknya perencanaan. Hanya saja,
bagi guru senior perencanaan pembelajaran maupun tes sudah terbiasa bahkan di
luar kepala. Jadi sering disepelekan.”
“Ini sih masalah kesadaran saja, RPP/kisi2 hanya sebatas administrasi atau benar2 perencanaan. Hasil baik diperoleh dari perencanaan dan usaha yang juga baik. manajemen waktu antara administrasi dan mengajar itu penting. Seharusnya saat libur, itulah waktu yang baik dalam mengerjakan administrasi perangkat pembelajaran selama setahun”
“Untuk kewajiban guru aja. Administrasi rpp. Skrg kisi"nya per nomor soal sama aja kasih jawaban ke siswa. Tek d sekolahku diabaikan d ksih kisi" Atau gag, Krn gag ada yg belajar.”
“soal dan kisi2 di garap mumet bocahe neng garap tinggal klak klik. Silang indah 5 menit bar.”
“Agar sesuai dg tujuan pembelajaran yg ingin dicapai dan
pembelajaran yg sdh dilakukan telah memenuhi Kompetensi Dasar. Biar soal / tes
yg kita buat ya sesuai dg pembelajaran yg udh kita rancang, Krn indikator soal
diturunkan dr KD mbuh dr tujuan pembelajaran gtu. Praktiknya dilapangan bahkan
kisi2 dibuat setelah soal jadi. Jalan pintas. Berarti ga sesuai hakikat nya.
Alasannya ya emang kelamaan, terus langsung ke soal pun bisa mencakup materi
dalam KD kok. bisa kelakon klo emg si guru itu fokus dg 1 atau 2 jenjang kelas
saja. Misal ngajar fisika hanya kelas 12, pasti di awal bisa fokus bikin
rancangan smpai soal²nya pun ideal. Kalo banyak beban lain² pasti opoyo kober
Penting mulang, menehi soal,
entuk biji. Realita pendidikan indonesia yg dituntut ideal tp susah”
Komentar
Posting Komentar