Masa Mudaku Terancam Ternodai oleh Tontonanku

Wahai generasi muda, apa kabar? Baik? Alhamdulillah Robbal Alamin

Generasi muda itu usia berapa?
Yaah usia macam kamu ini yang sedang baca 😁
Kalau dalam rentang angka itu pada kisaran 14-23 tahun. Masa remaja, peralihan, dan dewasa. Ini masa-masa tersulit yang akan kita lalui untuk menentukan masa depan setelah usia 23 tahun πŸ™€

Nah usia Sekolah Menengah Pertama atau SMP alias masa remaja ini menjadi awal pembentukan karakter, jati diri, mindset. Jadi harus dimaksimalkan. Era kini tak bisa dilepaskan dari yang namanya media masa apalagi media sosial. Anak SD yang belum hafal bacaan solat lima waktu saja sudah hafal cara menggunakan sosmed. Ironis ga sih?? 😑

Pembahasan kali ini bukan sosmed ya, kita ke media elektronik dulu alias Televisi.
Televisi erat dengan tontonan yang berbagai macam, tentu saja banyak ini ada yang positif dan ada pula yang negatif. Contoh acara televisi yang positif misalnya berita terkini mengenai kondisi politik ekonomi budaya Indonesia, tontonan edukasi. Sedangkan yang negatif ini bisa dikategorikan demikian JIKA sebuah tontonan atau acara ditonton oleh bukan porsinya. Maksudnya apa? 😯
Maksudnya anak SD nonton sinetron remaja, anak SMP nonton sinetron dewasa. πŸ˜‘
Kok gaboleh??


Sinetron remaja masa kini kebanyakan bercerita tentang anak sekolah.
Lhoh, apa salahnya? 😦
Anak sekolah yang dibumbui drama percintaan. Malah drama percintaan ini yang menjadi inti masalah dari cerita sinetron kebanyakan. Padahal pemainnya anak SMP, SMA.
Sangat berkebalikan dengan realita, dimana kehidupan sekolah harusnya dibumbui dengan semangat belajar, berprestasi, mengajarkan kebaikan, tata krama, kesederhanaan, banyak lah.

Sinetron zaman now :
1. Kategori pertama
   - pemainnya anak SMP
   - konflik utama rebutan pacar
   - konflik sampingan rebutan pacar
   - konflik lagi rebutan pacar
😩😩😩😩😩
Realita :
- anak SMP pikirannya masih labil
- belum bisa memutuskan mana yang baik dan yang buruk
- mulai mendapat tugas-tugas sekolah
- justru disini kebiasaan positif harus dimulai
- mengikuti organisasi
- usia SMP belum pantas untuk rebutan pacar, bukan porsi mereka. Kasihan mereka, kasihan orangtua mereka. 😣

2. Kategori kedua :
   - pemainnya anak SMA
   - konflik utama geng motor
   - motor gede adalah kewajiban
   - sesama pemilik 'moge' itu teman
   - perebutan kekuasaan geng motor
   - tetep ada drama percintaan
   - rebutan pacar
   - rebutan pacar
   - rebutan pacar
😢😢😢😢😢
Realita :
- anak SMA fullday school alias lima hari sekolah
- mata pelajarannya buanyak, sehari dapat lima mata pelajaran 😰
- tugas pun silih berganti
- tetep harus ikut organisasi guna mengembangkan potensi diluar bidang akademik
- celah buat rebutan pacar dimana nya? 😒

3. Kategori ketiga :
   - pemain anak kuliahan
   - mobil mewah
   - geng anak pemilik mobil mewah
   - drama percintaan tetap hadir
   - rebutan pacar antar saudara
   - rebutan pacar antar sahabat
   - rebut pacarnya orang
 πŸ˜ͺπŸ˜ͺπŸ˜ͺπŸ˜ͺπŸ˜ͺ
Realita :
- Anak kuliah banyak tugas, tugasnya gabisa langsung diselesaiin dalam sekejap layaknya sihir Harry Potter
- banyak kegiatan kampus yang harus diikuti terutama para aktivis
- Usia kuliah adalah usia mengembangkan diri, mencari pengalaman dengan banyak rekan seperjuangan
- uang kuliah sekarang mahal, Apa se'tega' itu menyia-nyiakan dengan hal unfaedah?
- rebutan pacar bukanlah hal yang patut disisipkan dalam perkuliahan πŸ˜’

Dimana sisi pendidikannya?
Prihatin banget 😀
Bukannya melarang pacar atau drama percintaan pada usia sekolah, namun lebih ke menempatkan sesuai porsinya.

Lebih baik cinta kita dicurahkan seutuhnya ke Allah, Nabi Allah, orangtua, saudara, sahabat, dibanding ke seseorang yang gajelas dan ga berpengaruh dalam masa depan kita.

Betapa cemburunya Allah, Nabi Allah, orangtua, bila kita lebih mencintai pacar daripada mereka.
Astaghfirullah 😩

Ini nih, kehidupan sinetron yang 180 derajat berbeda dari dunia nyata.
Bahayanya apa?
Anak smp sma jadi ikut2 an fokus ke geng dan pacar mereka daripada fokus belajar dan mengembangkan diri.
Anak kuliah jadi sering hura-hura. Tujuan utama anak SMA melanjutkan kuliah hanya ingin hits, merasakan dunia kuliah yang bebas, bukan mencari ilmu dan mengaplikasikannya.

Memang tidak semua siswa terpengaruh akan jalan cerita sinetron-sinetron tersebut, namun alangkah lebih baik jika di antisipasi bukan?
Tugas kita sebagai sahabat, kakak, saudara, orangtua, yang sudah paham intisari ini untuk mengingatkan mereka yang masih belum paham.

Boleh nonton kok, asalkan sembari diberi pengertian dan penjelasan mengenai realita sekarang.

Seperti kata Harry Potter pada serialnya berjudul "Harry Potter and The Orde of Phoenix" bahwa

Di dunia luar sangat berbeda dengan sekolah. Di sekolah kita boleh salah lalu memperbaiki kesalahan ini keesokan harinya. Namun di dunia luar, kita harus meminimalisasi kesalahan, karena kita tidak tahu apakah bisa memperbaikinya atau tidak.

Makannya kita butuh bekal ilmu dan pengalaman untuk bertahan di dunia luar.

Salam πŸ™
Mohon maaf apabila salah kata, tidak ada maksud untuk menyingung siapapun.
Terimakasih 😊


Komentar

  1. Is a good blog 😍 salut dengan cerita ini yg benar2 nyata di dunia sekarang. Penanganan masalah ini untuk anak jaman sekarang atau yang lbh ngetrend dgn istilah "Kids Jaman Now" tentunya bukan semata mata tentang kesadaran diri sendiri saja kalo menurut aku.. Ini lebih ke peran parenting nyaa,, dmana anak jaman sekarang apalg usia rentang usia remaja, peralihan ke dewasa sangat membutuhkan peran orang tua. Beliau (orang tua) harus bisa membri tahu dan harus bisa membatasi apa saja yg boleh di tonton dan tdk boleh ditonton oleh anak seusia mereka.. Dan lebih mengefektifkan jam diluar dengan cara mengikutkan anaknya bimbel atau kegiatan ekstra lainnya yg ada di lmbaga sekolah maupun di lembaga luar sekolah. Maka dengan itu jam anak untuk menonton tv pastiny akan berkurang dan diisi dgn hal yg bermanfaat.. ^_^

    BalasHapus
  2. Is a good blog 😍 salut dengan cerita ini yg benar2 nyata di dunia sekarang. Penanganan masalah ini untuk anak jaman sekarang atau yang lbh ngetrend dgn istilah "Kids Jaman Now" tentunya bukan semata mata tentang kesadaran diri sendiri saja kalo menurut aku.. Ini lebih ke peran parenting nyaa,, dmana anak jaman sekarang apalg usia rentang usia remaja, peralihan ke dewasa sangat membutuhkan peran orang tua. Beliau (orang tua) harus bisa membri tahu dan harus bisa membatasi apa saja yg boleh di tonton dan tdk boleh ditonton oleh anak seusia mereka.. Dan lebih mengefektifkan jam diluar dengan cara mengikutkan anaknya bimbel atau kegiatan ekstra lainnya yg ada di lmbaga sekolah maupun di lembaga luar sekolah. Maka dengan itu jam anak untuk menonton tv pastiny akan berkurang dan diisi dgn hal yg bermanfaat.. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anda benar. Cerdas dalam mendidik adalah solusi dari masalah ini. Terimakasih komentarnya 😊
      Semoga kita selalu dihindarkan dari hal negatif ya 😊

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Balik Nama Kendaraan di Samsat Jepara

Menonton Serial Upin Ipin

Bukan Rencanaku tapi rencana-Nya⁣ ⁣