Bicara Tentang Guru “Guru Swasta atau Negeri?” #BicaraTentangEps2
Pahlawan tanpa tanda jasa,
katanya. Dulu guru merupakan profesi terhormat yang patut untuk dikejar
sebagian besar orang. Sekarang??? Jangan ditanya. Masih. Tentu guru masih
menjadi profesi yang “precious” dan patut untuk di idam-idamkan. Tapi saking
banyaknya pengidam profesi ini, wadahnya jadi kurang. Sarjana pendidikan yang
segambruk, tidak sepadan dengan sarana sekolah yang tersedia. Perguruan tinggi
dengan jurusan pendidikan, meluluskan para sarjana pendidikan sedikitnya 1000
wisudawan setiap tahunnya. Berbeda degan sekolah sebagai sarana mengabdi, yang
tidak mungkin menerima guru setiap tahunnya. So, sarjana pendidikan seambrek
menjadi gentayangan dan gelagaban di dunia kerja. Saranku, harus dipikirkan
dengan matang kalau bercita-cita menjadi guru.
Kalau sudah terlanjur nyemplung, gimana? Lanjutin
aja, sarjana pendidikan gak harus jadi guru kok. Guru juga gak harus dari
sarjana pendidikan. Perjalanan kuliahmu merupakan salah satu portal mencari
ilmu, kemanapun portal itu membawamu, setidaknya kamu sudah punya bekal selama
belajar at least 4 tahun.
Fresh graduate sarjana pendidikan
mulai galau ketika mereka menebarkan lamaran demi lamaran pekerjaan ke tiap
sekolah yang diinginkan. Ada tipe yang pilih-pilih hanya ingin masuk ke sekolah
negeri, ada pula yang seadanya semuanya ia masuki dan arungi.
Sekolah swasta dan negeri di
daerah kota memiliki perbedaan yang lumayan besar jika dibandingkan di daerah
pedesaan. Di kota, justru sekolah swasta menjadi favorit. Namun di desa,
sekolah swasta adalah tempat anak-anak nakal dengan nilai rendah yang tak
sanggup masuk di negeri, Bahasa kasarnya “turahan” dari negeri. So, siswa dari
sekolah swasta memang memiliki tingkat kecerdasan yang dibawah sekolah negeri. Dari
segi biaya sekolah, jika di akumulasi sekolah swasta pun lebih mahal, namun
mereka memiliki strategi agar tidak terlihat mahal. Pembayarannya tidak
diakumulasi, jadi sedikit demi sedikit ada pemberitahuan untuk membayar kebutuhan
sekolah.
Mengajar di Swasta.
Awalnya kukira menjadi guru
hanyalah seputar mengajar materi demi materi, membuat anak menjadi pintar,
dibuktikan dengan nilai ulangan mereka yang menjulang tinggi. Namun ketika
terjun dalam dunia pendidikan, baru terlihat apa tugas guru sebenarnya. Selama kuliah,
calon guru dibekali dengan mata kuliah seputar pendidikan, bagaimana cara
menulis RPP (Rencana Proses Pembelajaran), bagaimana metode yang digunakan
untuk mengajar, model pembelajaran, sampai media pembelajaran yang cocok
diadopsi untuk siswa-siswinya.
Dalam kerja nyata, semua mata
kuliah seputar pendidikan bukanlah hal utama dalam menjadi guru. Faktanya,
siswa swasta cenderung susah memahami materi yang diberikan. Kasus metode yang
diajarkan semasa kuliah sangat berbeda dengan dunia kerja. Justru pengalamanlah
yang mengharuskan kita berfikir lebih maju dan kreatif lagi. Apalagi ketika
sudah menjadi guru bertahun-tahun lamanya, guru lama ini cenderung tidak
memikirkan metode apa yang digunakan agar siswanya paham, seolah ini menjadi
kebiasaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Mengajar ya seperti ini,
pengulangan dan pengulangan. Tak perlu mengadakan metode aneh yang bisa
memberatkan guru, apalagi dengan gaji yang ehmm tak sebanding.
Pikiran stress akan dihadapi oleh
guru baru yang langsung diberikan tugas mengajar siswa luarbiasa dari sekolah
swasta. Bukan memikirkan materi yang disampaikan, tapi lebih mengutamakan
metode yang digunakan. Bagaimana metode tersebut dapat menarik perhatian siswa
sehingga siswa setidaknya tertarik untuk mendengarkan penjelasan guru. Tak perduli
apakah materinya tersampaikan semua atau tidak, yang terpenting siswa paham dan
interact dengan metode yang diberikan. Inliah tantangan yang diberikan oleh sekolah
swasta. Tak perlu guru yang pintar secara materi, namun guru yang cerdas dan
aplikatif serta mau belajar.
Mengajar di Negeri
Sedikit terbalik dengan swasta,
sekolah negeri membutuhkan guru yang memiliki intelektual tinggi. Kita tahu
input dari sekolah negeri lebih baik dari swasta. Siswa yang secara intelegensi
bagus, sikapnya juga bagus. Guru tidak perlu memikirkan metode yang aneh dan
ribet untuk memberikan materi. Siswa negeri cenderung aktif dan mandiri dalam
mencari ilmu dan materi. Karena ada rasa membutuhkan bagi mereka. Kurikulum 13 atau kurtilas justru
mengharuskan siswa berperan aktif, sehingga banyak disalahartikan oleh beberapa
guru terutama di negeri. Guru hanya memberi tugas dan tugas tanpa memberi
penjelasan dan klarifikasi mengenai sebuah materi.
Tugas Lain dari Guru (Cnndong ke sekolah
swasta ya penjelasan di bawah ini)
Benar perkataan kakak tingkat
ketika kuliah, bahwa “Lo kuliah wajib ikut organisasi”. Organisasi penting
banget sih. Bekal dan ilmu yang tak ternilai harganya. Penting banget karenaaa,
ya ketika sudah memposisikan diri bergabung dalam sebuah instansi sekolah, ada
semacam system yang harus dijalani. Ingat, sekolah tidak akan bisa berdiri
ketika guru hanya bisa mengajar. Butuh administrasi, harus ada bagian
perlengkapan, siapa yang megambil alih seputar kegiatan siswa, kegiatan
pembelajaran, bagaimana sekolah bisa bersaing, bagaimana mengadakan ulangan
bersama. Nah.. semua tugas itu butuh pengalaman organisasi. Guru tak sekedar
mengajar. Guru dituntut untuk turut ikut ambil alih dalam kegiatan pendukung di
sekolah. Misalkan saja, sekolah bisa berdiri karena ada siswa. Bagaimana bisa
mendapatkan siswa? Promosi. Ya Diwali dari promosi, marketing dari sekolah satu
ke sekolah lain, mengenalkan sekolah kita dan menawarkan program-program
unggulan.
Selain itu ketika sudah
mendapatkan sejumlah siswa, selanjutnya adalah system pembelajaran, kegiatan
sekolah seperti intra dan ekstrakulikuler. Sederhana, tapi tetap harus ada yang
mengambil alih. Pembagian jam mengajar oleh kurikulum, pembagian
ekstrakulikuler oleh kesiswaan, pengadaan sarana prasarana sekolah, bagaimana
mengatasi siswa yang melanggar tata tertib. Ketika ulangan bersama juga harus
dibentuk panitia agar ulangan berjalan lancar. Ribet ya ..
Kalau kalian masih berfikir tugas
guru hanya mengajar, baca postingan ini lagi deh ya.. jangan meremehkan guru
mu.
Perihal menjadi guru swasta
maupun negeri, itu hak setiap orang. Hanya saja, ketika bergabung bersama
sekolah swasta pada awalnya, akan terasa perjuangan yang lebih, akan
membutuhkan effort lebih. Ibaratnya kalau diberi pilihan bergabung dengan
sekolah yang sudah mencapai angka 10, atau membersamai sekolah dari angka 3
menuju 10?
Itu pilihan.
Komentar
Posting Komentar