Putus Nyambung #SharingEps1

Do you ever have a friend but they just to be temporary friends?

Pasti pernah. Memang sejatinya teman datang dan pergi sesuka hati. Teman itu seperti musim buah. Terkadang musim rambutan, mangga, durian, jambu, dan macam buah lain. Ketika datang musim rambutan, hmmm semua jenis rambutan pun ada. Setiap hari ada saja stok buah ini di meja makan. Pagi, siang sore, ibu selalu bilang “Nak, itu rambutannya dihabiskan”. Begitu pula musim buah lain. Namun pada musim rambutan, durian susah didapat, kecuali saat ia benar-benar dibutuhkan. That’s it. Saat SD, hanya ada teman SD. Saat SMP, hanya ada teman SMP dan teman SD pun hilang. Begitu seterusnya sampai pada dunia kerja. Bahkan seakrab apapun dengan seorang teman, pasti perlahan akan putus. Why? Jelas, karena komunikasi berkurang. Kenapa komunikasi bisa berkurang? You have your own bussines. Kalian punya urusan masing-masing yang tidak bisa disatukan dan disamakan. Tidak bisa urusan kalian diselesaikan secara bersama. Mudahnya, sudah berbeda alam. 

Teman itu hanya untuk pereda sementara. Penolong ketika sedih dan ditinggalkan ketika membuat sakit hati. Keyakinan seperti ini sangat menyebalkan. Seseorang seperti ini tidak percaya akan teman sejati. Atau ia pernah kecewa dengan yang namanya teman sejati. 

Hubungan yang tidak direncanakan, pertemuan yang tidak disengaja, alasan tetap bersama yang bahkan tak masuk akal, sampai alasan tak masuk akal ini berlarut-larut hingga mencapai lebih dari lima tahun, dan akhirnya putus pada usia tujuh tahun. Bagaimana perasaan kalian? 

Sebenarnya ada dua sisi yang bisa dibahas pada masalah ini. Yang pertama adalah sisi yang tetap mempertahankan karena merasa tidak rela kebersamaan hampir satu windu itu putus begitu saja. Sisi lainnya adalah pemikiran “buat apa kebersamaan tetap dilanjutkan ketika selalu saja ada masalah yang mengganjal”. Okey. Begini. kita bahas satu persatu se netral mungkin. What did you do, if you were be the first side, or the second side?

Sisi yang pertama. Ia cenderung merasa, bahwa masalah memang selalu hinggap pada setiap orang yang bernyawa, terutama pada mereka yang bersosialisai, dan terutama lagi bagi mereka yang memilki intensitas tinggi dalam bersosialisasi. Nobody doesn’t have problem. Everybody have their own problem with different capacity. You just need to talk. Talk each other, with full of heart. Heart to heart. Every problem actually have the solution. Sisi ini yakin akan ada penyelesaian tentang masalah seberat apapun jika memang ada pembicaraan antara keduanya. Saling mengutarakan masalah yang selama ini hinggap pada hubungan mereka, sampai menemukan titik dimana mereka merasa bahwa semua beban telah tersampaikan dan kemarahan menjadi reda se-reda redanya. Keyakinan bahwa hubungan hampir satu windu ini pasti telah memberi ikatan yang kuat pada pikiran dan hati keduanya. Delapan tahun bukan waktu yang singkat untuk hanya melalui kebahagiaan. Banyak waktu marah, kecewa, sedih, haru, jatuh cinta, rasa malu, and so many more that cannot be mentioned.

Tidak bisa masuk akal jika masalah yang datang ditahun ke delapan adalah masalah terakhir yang menjadi cikal bakal putusnya hubungan persaudaraan ini, tanpa melihat beberapa tahun sebelumnya yang mereka alami. 

Sisi yang kedua. Ia berpikir kebalikannya. Ia bukannya tidak paham mengenai setiap orang pasti punya masalah, tapi justru pemikirannya berbanding terbalik dengan sisi yang pertama. Dengan alasan yang sama, yaitu hubungan yang sudah terjaring lama, mana mungkin salah satu bisa menyakiti tanpa paham hati dan perasaan yang lainnya. Mana mungkin ia tak bisa mengenal dan meraba apa yang diinginkan dan apa yang tidak disukai oleh lainnya. Mana mungkin ia masih bisa membuat yang lain kecewa jika mereka sudah bersama satu windu. Bukankah sudah banyak waktu yang mereka lalui? Tapi mengapa masih belum bisa dipahami? Inilah yang perlu dipertanyakan, apakah hubungan selama ini ada artinya jika kesukaan yang lain saja tidak paham. Lebih baik diakhiri ketika tak ada yang bisa dipertahankan. Bukan bermaksud jahat atau hendak meninggalkan, hanya saja sisi yang kedua ini merasa satu-satunya solusi adalah pemutusan hubungan persahabatan. 
Sekali lagi, tak hanya kebahagiaan. Banyak rasa sakit terpendam diantara hubungan persahabatan. Ya. Terpendam kubilang. Tak ada komunikasi yang jelas mengenai kesalahan demi kesalahan, hingga sakit hati dan kecewa yang dirasakan. Ketika mereka merasa masalah telang hinggap, satu sama lain akan mengerti dan sedikit melepaskan masalah itu, membiarkannya reda sampai akhirnya benar-benar reda dan terpendam semakin dalam. Hati manusia ada batasnya, kekecewaan yang sedikit demi sedikit terpendam itu mulai memenuhi hati yang semakin penuh sesak. Day by day, year by year, sang hati tak sanggup lagi menopang dan memendam rasa sakit kecewa hubungan mereka. Finally duaaarrrrr.. meledaklah sudah. And it’s over. Cukup. 

Sampai disini, mana yang cenderung disetujui oleh hati nuranimu?

Tak masalah jika kamu merasa condong pada sisi satu maupun sisi kedua. Satu pesanku, tetaplah awali masalah kalian dengan komunikasi. Jangan memutuskan tanpa adanya kesepakatan. Jangan mengambil alih peran hakim, tanpa pertimbangan seorang jaksa. Komunikasikan dengan baik, karena hubungan yang diawali dengan baik, harus berakhir dengan baik pula. Bukan saling benci atau memaki apalagi iri. Jika tak sanggup berkomunikasi secara langsung, awali dengan pesan teks. Namun tetap bicara langsung akan membuat masalah menjadi jelas dan terpecahkan. Komunikasi. 
Jangan memendam rasa kecewa dan sakit dalam hatimu yang sempit. Hati juga punya kapasitas. Komunikasikan. Meskipun sedikit saja rasa kecewa yang kau simpan, then itu akan memenuhi hatimu, dan at least, sang hati akan memberontak suatu saat nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Balik Nama Kendaraan di Samsat Jepara

Menonton Serial Upin Ipin

Bukan Rencanaku tapi rencana-Nya⁣ ⁣