"Status"ku Lebih Utama daripada Solatku

Berawal dari 'populer'nya media sosial Facebook, dimana setiap pemilik akun bebas menulis apapun, kapanpun dan dimanapun serta bisa dilihat oleh siapapun meskipun tidak kenal sekalipun. 

Mula berkembangnya Facebook atau lebih sering disebut Fb, mendapat sambutan positif oleh penggunanya. Pengguna merasa puas dan senang bisa mengutarakan apa saja lewat Fb, bisa meluapkan apa yang mereka rasakan, inginkan, bahkan kadang asal menulis tanpa tahu maksud dari tulisannya. 

Bicara mengenai pengguna Fb, teknologi ini pada masa sekarang sudah mulai menyentuh anak seusia sekolah dasar. Entah apa tujuan mereka menggunakan Fb. Mungkin hanya sekedar ikut-ikutan teman, atau bahkan mencari teman, atau bisa jadi memang menjadi mata pelajaran disekolah untuk membuat Fb. 

*FYI aja ya, dulu aku buat akun Fb juga karena ada materi itu di salah satu mapel waktu SMP. So, bertahan deh, itu akun sampai sekarang. 

Aku mau bahas konten status yang dibuat para pengguna aja nih ya. 

 Mulai dari konten gajelas, contoh "laper", "ngantoek", "cape" , dan apalah apalah lain. Duhh serasa malu bahas beginian, dulu sempet terjangkit syndrom ini 😂

Dikit-dikit, buat status di Fb. Masa muda dulu banget deh. Dulu sih, maksudnya biar kegiatanku bisa diketahui orang lain, nanti dapet like dan komen. Nah, kalau dapet like banyak sampe tumpeh, komen rame sampe antree, itu suenengg apalagi sama si doi. Wkwk 😂😅. Ampuni aku yang dulu. 😐

Semakin bertambah usia, teman teman di akun Fb juga bertambah usia. Sekarang lebih sering membaca status keluhan masalah pribadi, pamer sana sini, sampe ujaran benci.. Jujur, pengen ku unfriend itu temen sosmed yang model begitu. 😕

Ini baru satu sosmed, kita tahu sekarang satu orang bisa memiliki lebih dari 2 sosmed. Bahkan si android lebih dipenuhi banyak aplikasi sosmed daripada aplikasi pembuka dokumen. 

Tak jauh berbeda dengan Fb, Whatsapp atau lebih dikenal dengan WA yang dulunya merupakan aplikasi untuk berkomunikasi, kini kita juga bisa meluapkan keluh kesah disana. 

Dunia semakin gila. 

Update status menjadi hal utama

Solat menjadi hal selanjutnya

Aplikasi sosial media merajalela

Aplikasi belajar dan adzan malah didiamkan

Maafkan jemari kami

Yang lebih sering mengeluh lewat story

Yang lebih sering minta doa juga lewat story

Yang update story lebih dari lima kali

Namun solat terkadang hanya sekali

Maafkan pula mata kami

Yang rela berjam-jam membaca story di sosial media

Dibandingkan menatap dan membaca Kitab suci yang kupunya

Ampuni hati kami

Yang lebih mengenal dan menyimpulkan sifat orang lewat storynya

Bukan dari seringnya silaturahim bersama

Yang lebih sering suudzon ketika melihat story

Bukan kroscek langsung agar tidak menjadi penyakit hati


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Balik Nama Kendaraan di Samsat Jepara

Menonton Serial Upin Ipin

Bukan Rencanaku tapi rencana-Nya⁣ ⁣