Tuhan, Ijinkan Sekali Saja ku Melihat Proses Kelahiranku

Sabtu, 21 Juli 2018 pukul 07.15 wib aku dimintai tolong oleh mba sepupu untuk mengantarnya ke puskesmas. Bukan karna sakit, tapi memeriksa calon dedek bayi yang sudah tak sabar ingin ku cium pipinya.
Obrolan kecil mewarnai kebersamaan kami sembari menunggu nomor antrian dipanggil. Aku yang notabene wanita setengah dewasa mulai penasaran dengan "bagaimana melahirkan itu". Tanpa ragu kutanyakan pada Mba sepupuku, panggil saja Mba Rani yang saat itu kehamilannya sudah menginjak usia 9 bulan. Singkat cerita Mba Rani mengatakan bahwa posisi janin sekarang tidak pada keadaan normal, alias 'sung-sang'. Jadi kemungkinan proses persalinan harus dilakukan dengan jalan operasi sesar demi keselamatan janin dan ibunya. Seketika ku berpikir Subhanallah sekali perjuangan seorang Ibu.
Akhirnya nama Mba Rani dipanggil untuk segera diperiksa. Kudengar samar-samar dari ruang tunggu, dokter sedikit memarahi Mba Rani perihal posisi janin yang tidak semestinya ini. Bukan tanpa alasan, posisi sungsang yang sudah diketahui ibu hamil dibawah usia 32 minggu, masih bisa diatasi. Pada usia tersebut, air ketuban masih banyak segingga janin masih bisa memutar posisinya menjadi posisi siap melahirkan yaitu bagian kepala di dekat mulut rahim.
**
Waktu itu kuceritakan pada Ibuku seputar posisi janin calon keponakanku itu. Jujur, ibuku menyayangkan hal ini. Tiba-tiba ibuku menyambung dengan bercerita bahwa beliau pernah mendengar cerita serupa. Bukan dari orang jauh, melainkan tetangga sendiri sebut saja Susan. Susan, sama seperti Mba Rani divonis janinnya berposisi sungsang. Bedanya, Susan berhasil membalikkan posisi janin yang terbalik menjadi posisi normal dengan bantuan suami serta keluarganya. Ia mengusahakannya dengan cara bersujud sangat lama, kata Ibuku sekitar 4 jam nonstop, selama berhari-hari sampai posisi janin menjadi normal. Bukan mencoba tanpa teori, tapi memang dengan cara bersujud terbukti berhasil dan merupakan saran dari dokter maupun bidan. Bayangkan saja, bersujud selama 4 jam nonstop, sudah pasti rasa lelah, pegal, ngantuk melanda. Namun keluarga terutama suami Susan, setia menemani supaya tidak bosan, mengajak ngobrol supaya tidak ngantuk, memberi sandaran pada kaki serta tangan agar tidak mudah lelah. Pikirku waktu itu sekilas "Subhanallah sekali pengorbanan orangtua terutama Ibu, itu belum ditambah bagaimana Ibu menggendong janin selama 9 bulan kemana-mana, belum termasuk juga proses melahirkan yang menyangkut nyawa dua manusia. Ya Allah betapa berat menjadi Ibu. Betapa hebat semua Ibu di dunia ini"
**
Kembali ke puskesmas
Akhirnya Mba Rani keluar dari ruang periksa dan membawa kabar gembira. Mba Rani diminta segera ke rumah sakit terdekat untuk segera melakukan persiapan mengeluarkan dedek bayi.
Tanpa pikir panjang, langsung ku pacu motor matic putih ku menuju rumah untuk mengambil baju ganti dan persiapan melahirkan lainnya. Ohiya, sebelumnya jemput suami Mba Rani ke Perusahaan dulu, karena hari itu suami masih kerja sebab belum tahu sang istri akan melahirkan hari itu.
**
Sekitar pukul 10 siang, Mba Rani dan suami sampai ke rumah sakit. Tak langsung mendapat perlakuan, namun sesuai prosedur harus mengantri untuk pemeriksaan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan memeriksa apakah sang janin sudah siap keluar atau belum.
Satu jam
Dua jam
Dhuhur
Sampai jam 1 siang Mba Rani baru mendapat kepastian menginap dan masuk ruang rawat inap. Mendapat kabar dari dokter yang berada disana, bahwa Mba Rani akan menjalani Operasi Sesar hari Minggu 22 Juli 2018 pukul 08.00 wib.
**
Menurutku operasi masih menjadi hal yang menakutkan. Tapi perkembangan dunia kesehatan juga meyakinkan. Pada masa sekarang, operasi menjadi hal biasa. Apalagi operasi sesar untuk mengeluarkan janin. Tapi tetap saja, secanggih-canggihnya peralatan dokter, itu buatan manusia. Tak ada yang sempurna.
Bayangkan saja, perut disobek untuk mengeluarkan bayi, kemudian dijahit kembali. Menjahit kulit ciptaan Allah dengan peralatan manusia. Semoga Allah melindungi para dokter yang sudah membantu persalinan setiap Ibu di dunia. Aamiin.
**
Hari minggu pun tiba. Jam 8, Mba Rani masih belum dapat giliran operasi. Maklum saja, hari itu ada empat calon Ibu yang akan menjalani operasi. Mba Rani masuk ruang instalasi bedah pukul 09.30 an.

**
Sekarang ada dua proses melahirkan. Yang pertama melahirkan secara normal, dan yang kedua operasi sesar.
Berdasarkan segi kesakitan yang dialami, keduanya sama saja. Melahirkan normal akan memberikan rasa sakit pas saat melahirkan itu. Proses melahirkan yang tidak sebentar membuat Ibu harus kuat menahan rasa sakit. Tak tahu apakah Ibu bisa bertahan hidup. Sakit. Rasa sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya satu dipikiran setiap Ibu saat melahirkan. Selamatkan bayinya. Selamatkan bayi dalam kandungannya. Ijinkan bayi itu melihat indahnya dunia. Meskipun nyawa Ibu taruhannya. Betapa luar biasa perjuangan Ibu.
Yang kedua melahirkan dengan operasi, akan tidak terasa sakit pada saat proses operasi karena pengaruh obat bius. Namun sakit itu akan terasa saat sang Ibu bangun. Rasa sakit bekas jahitan akan terasa lebih lama, bisa satu minggu, satu bulan, atau bahkan beberapa bulan proses pemulihan.
Kedua metode tersebut sama-sama butuh perjuangan dan pengorbanan ibu. Sayangi Ibu kamu. 😍
**
Pukul 11.00 Mba Rani keluar dari ruang instalasi bedah, dan sudah berbaring putri kecil nan cantik disampingnya. Alhamdulillah operasi berjalan lancar.
**
Di waktu lain, di rumah, Bapak tiba-tiba bercerita seputar kelahiranku dulu.
Dulu, 23 tahun yang lalu aku lahir bukan dengan kondisi normal.
23 tahun yang lalu, aku sulit keluar dari rahim Ibu. Dulu, teknologi belum sampai se hebat ini. Ibu tidak disarankan operasi. Aku keluar dengan cara ditarik dengan paksa menggunakan alat. Bukan hanya sekali. Tiga kali. Astaghfirullah.. Setelah tarikan yang kedua dan aku belum berhasil keluar dari rahim Ibu, dokter bilang ke Bapak "Pak, Anda berdoa, ini tarikan yang ketiga. Jika tidak berhasil, saya menyesal akan mengatakan hal yang tidak ingin saya katakan" Seketika Bapak bingung takut menangis tak terkira, beliau bilang gatau berbuat apa. Sedih, pusing, Bapak hampir pingsan waktu itu. Bagaimana tidak, melihat Ibuku terbaring lemas berjuang sekuat tenaga membuatku tetap selamat. Ya Allah, aku tidak tega mendengar cerita Bapak. Belum selesai sampai disitu. Akhirnya aku berhasil keluar dari rahim Ibu setelah tarikan ke tiga. Alhamdulillah aku lahir dengan selamat. Namun, tubuhku biru pucat dan kepalaku agak memar akibat tarikan alat bantu itu. Aku pun harus menginap di inkubator selama satu minggu demi kelangsungan hidupku. Tak bisa kubayangkan bagaimana perasaan ibu dan bapak waktu itu.
Ya Allah ingin sekali ku melihat proses kelahiranku. 
Ingin ku melihat perjuangan Ibu, keringat Ibu waktu menahan sakit melahirkanku.
Ingin ku melihat wajah Bapak yang cemas menanti Ibu dan aku.
Ijinkan kumelihatnya YaAllah.
Agar aku tak mengecewakan Ibu lagi,
Agar aku tak membantah perintah Ibu.
Sungguh tak pantas perlakuanku terhadap Ibu.
Tak sepadan dengan perjuangan Ibu.
**
Kawan-kawanku yang masih bisa bersama orangtua lengkap terutama Ibu, jangan sekali-kali membantah atau menyakiti hati ibu. Sungguh, ibu sudah merasakan sakit yang begitu dalam saat melahirkanmu.
Betapa sakitnya ketika anak yang diperjuangkan hidup, menjadi anak yang membantah dan tidak taat.
Ketika kawan mengalami perbedaan pendapat dengan Ibu, jangan bicara dan memaksakan kehendakmu. Karena perasaan ibu tentang masa depanmu begitu kuat. Begitu beralasan.
Ketika cita-citamu tidak sesuai dengan harapan ibu, rendahkanlah hatimu. Ikuti kata ibumu selama itu baik. Jangan utamakan egomu.
Kau sama sekali tidak berhak mementingkan ego mu sendiri.
Tidak berhak memaksakan keinginanmu dengan alasan demi kebaikanmu.
Kebaikanmu adalah ridho ibumu.
Masa depanmu bergantung ridho dan doa ibumu. 
**
Hikmah dari mengantar Mba Rani adalah..
Jangan sedikiiit saja menyakiti hati ibumu.
Jangan sampai kau menyesal.
Kamu wanita yang membaca ini, akan menjadi Ibu dari anak-anakmu. Jangan sampai menyesal nanti.
Kamu lelaki yang membaca ini, akan mendampingi seorang ibu dari anak2mu. Hargai ibumu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Balik Nama Kendaraan di Samsat Jepara

Menonton Serial Upin Ipin

Bukan Rencanaku tapi rencana-Nya⁣ ⁣